INDONESIA untuk pertama kalinya lolos ke Piala Dunia U-17 tanpa jalur tuan rumah. Di tengah kebahagiaan itu, terselip kisah inspiratif yang datang dari sang pencetak gol, Fadly Alberto (Alberto Hengga).
Demi sampai di titik ini, seperti dìlansir medsos (FB) Bojonegoro Terkini, pemain berdarah Papua-Jawa itu harus melalui petualangan yang penuh kerikil. Perjalanan yang dìmulai dari tidur di sebuah rumah sederhana yang berukuran kecil.
Alberto lahir di Papua, tepatnya di Kota Timika, pada 22 Juni 2008. Ia merupakan anak pertama dari pasangan John Clif Hengga, pria asal Timika, dan Piana, perempuan yang berasal dari Bojonegoro, Jawa Timur.
Selama berdomisili di Bojonegoro, Alberto bersama ibu dan satu adik perempuannya tinggal di sebuah rumah kecil. Saking kecilnya, daripada menyebutnya rumah, tempat tinggal Alberto lebih pas disebut gubuk. Bayangkan, ukurannya saja hanya 4×8 meter.
Bangunan itu dibangun dengan papan kayu, beralas tanah, dan atapnya menggunakan seng. Bangunan itu berdiri di atas lahan milik Perhutani. Dìlihat dari depan, rumah Alberto tampak seperti warung kopi.
Karena tinggal di lahan milik Perhutani, keluarga Alberto mesti membayar sewa. Dan walau mengeluarkan ongkos sewa, masih harus bersiap andai dì gusur. Pemilik lahan bisa menggusur bangunan itu kapan saja.
Hidup melarat tak lantas melenyapkan impian, cita-cita, keinginan, hasrat setiap anak. Begitu pula Alberto. Hanya saja, ada anak yang punya privilese, sehingga mungkin tak perlu bekerja terlalu keras.
Tapi Alberto jelas mesti bekerja berkali-kali lipat lebih keras. Asa dan tekad yang bulat wajib dìmiliki. Dan itu yang menjadi bahan bakar dalam diri Alberto.
Bakat sepak bolanya terlihat saat masih berusia delapan tahun. Saat itu Alberto memang memiliki kecintaan pada sepak bola yang teramat dalam. Kecintaan yang pada waktunya nanti, menembus kemiskinan yang menjeratnya. Di usia delapan tahun, Alberto sudah bergabung ke SSB Sukorejo Putra.
Bukan SSB yang besar, namun sering mendulang berbagai prestasi. Tujuh tahun Fadly Alberto menimba ilmu dan pengetahuan sepak bola di SSB tersebut. Pada 2023 lalu, ketika Bhayangkara Presisi FC membuka seleksi masuk tim muda, pelatih Alberto mendorongnya ikut. Bocah berdarah Papua-Jawa ini dìterima di Bhayangkara Presisi FC.
Alberto lalu mengalami perkembangan pesat di klub milik Kepolisian Republik Indonesia itu. Performanya yang bagus membawanya naik kelas dari tim B ke tim A.
Soal ekonomi, Alberto memang kurang beruntung, tapi nasib baik dari segi karier berada di pundaknya. Belum genap setahun bergabung ke Bhayangkara Presisi FC, karier Alberto melesat ke tim nasional.