“Kamu yang nama Mukti, hapuslah komen kamu yang ada di WA grup IMO. Kalau tidak, panjang urusannya. Kamu belum tahu siapa aku. Urusan ini jangan direkam-rekam, ku empaskan (hempaskan) HP kamu kele (nanti)!”
Selain itu, HM dan kelompoknya juga menyebut bahwa mereka telah menemui pihak yang membuat berita yang telah Mukti komentari. Mereka memaksa si pembuat berita meminta maaf. Ia menegaskan bahwa Mukti Ali harus segera menghapus komentarnya di grup WA.
Lalu, pada Sabtu (1/03/25) pukul 15.55 WIB, Mukti Ali kembali menerima panggilan telepon dari FA. Dan kata Mukti dalam telpon itu FA mengatakan bahwa kedatangan lima orang tersebut merupakan suruhannya. Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa tindakan intimidasi tersebut sudah terencana.
Menurut pengakuan Mukti Ali, kasus ini bermula dari komentar Mukti Ali di grup WhatsApp IMO. Dia menanggapi pemberitaan terkait dugaan ancaman terhadap guru oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten OKU. Komentar tersebut kemudian memicu reaksi dari FA dan kelompoknya
Berdasarkan bukti rekaman dan kronologi kejadian, Mukti Ali beserta kuasa hukumnya melaporkan kasus ini dengan dasar Pasal 335 KUHP tentang perbuatan tidak menyenangkan dan ancaman kekerasan.
Selain itu, karena insiden terjadi di rumah pribadi Mukti Ali, istrinya turut menjadi saksi dalam laporan tersebut. Mukti Ali berharap bisa memperoleh keadilan melalui jalur hukum.
Kasus ini menjadi perhatian publik, terutama dalam konteks kebebasan berpendapat di ruang media sosial (digital).
Wartawan dan aktivis LSM yang turut mendampingi Mukti Ali menegaskan bahwa intimidasi terhadap individu jangan dibiarkan. Mereka berharap kepolisian dapat segera menindaklanjuti laporan ini dengan serius. (ep/tim)
