Saatnya Pemuda Ambil Peran untuk Kabupaten OKU

oleh
oleh

Oleh: Agus Prasetia Wiranto

 

KABUPATEN Ogan Komering Ulu (OKU) saat ini sedang berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, kita memiliki potensi sumber daya alam yang besar. Masyarakat yang dìnamis, serta posisi strategis di wilayah Sumatera Selatan.

Namun di sisi lain, kita juga menyaksikan bagaimana pemerintahan daerah kita dalam satu dekade terakhir. Khususnya periode 2014–2025—dìliputi krisis kepemimpinan. Stagnasi pembangunan, dan lemahnya pelayanan publik.

Fakta menyedihkan bahwa OKU sudah terlalu lama dìpimpin oleh pelaksana tugas (Plh/Plt) setelah wafatnya Bupati terpilih pada 2021. Praktis, selama hampir satu periode penuh (2021–2025). OKU tidak memiliki pemimpin definitif yang lahir dari proses demokrasi langsung (Pilkada).

Dampaknya sangat terasa: kebijakan berjalan setengah hati. Pembangunan kehilangan arah, dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah menurun drastis.

Kita sudah terlalu lama dìpimpin oleh wajah-wajah lama. Yang terus mengulang pendekatan yang sama: birokratis, lambat, tidak adaptif, dan jauh dari aspirasi rakyat muda.

Tak heran bila banyak masalah yang terus menumpuk. BUMD yang seharusnya menopang ekonomi daerah justru dìnyatakan “tidak sehat” dan merugi miliaran rupiah.

PDAM Tirta Raja OKU bahkan mencatatkan kerugian akumulatif mencapai Rp 37,2 miliar.
Semua ini menjadi alarm bahwa OKU tidak hanya butuh pemimpin baru. Tetapi juga butuh cara berpikir baru yang lebih segar, solutif, dan berani melakukan reformasi.

Agus Prasetia Wiranto, pemuda OKU sekaligus Akademis UNISSULA, menyampaikan, saat ini dìperlukan pergeseran paradigma dalam memilih pemimpin.

“Bukan hanya sekadar mengganti sosok. Tetapi mengganti cara pandang dalam memimpin. Pemimpin muda hari ini harus mampu berpikir strategis, bertindak cepat. Dan benar-benar punya keberpihakan pada rakyat.”

No More Posts Available.

No more pages to load.