BATURAJA,TBMNEWS – Eskalasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Ogan Komering Ulu (OKU) 2024 mulai memanas.
Ada tindakan dari tim yang mengaku relawan salah satu Paslon mendata ke rumah-rumah warga.
Persis gaya multilevel marketing (MLM) yang menawarkan produk. Tetapi ini bukan produk elektronik melainkan kandidat yang bertarung di Pilkada.
Dan tindakan relawan ini oleh sebagian orang menganggapnya mencederai Pilkada bersih dan damai. Bukan tidak mungkin langkah ini memancing keributan di tengah masayarakat.
Seperti yang terjadi di wilayah Desa Tanjung Baru Kecamatan Baturaja Timur. Ada tiga oknum yang mengatasnamakan paslon nomor urut 2, kepergok warga saat bergerilya ke rumah-rumah warga (door to door) di Jl Nawawi Al Hajj, Rabu siang (16/10/24).
Mereka yang mayoritas berusia muda. Ada dugaan mereka melakukan perekrutan pendukung dengan meminta KK dan KTP warga. Fokusnya pada NIK warga.
Selain itu, mereka memberikan ‘oleh-oleh’ berupa kalender, botol minuman dan selembar visi misi paslon yang semuanya bergambar paslon nomor urut 2.
Nah, ternyata mereka tidak tahu bahwa masyarakat OKU terlebih lagi yang berdiam di wilayah perkotaan sudah cerdas.
“Mereka mendatangi rumah adik saya di RT 3 Tanjung Baru. Ngasih botol minuman, kalender dan visi misi. Terus minta KK dan KTP. Adek saya ni bingung, buat apa. Apa mau pinjol. Makanya nelpon saya. Dan kami amankan supaya tidak terjadi apa-apa,” ujar Roni, salah satu warga yang mengamankan.
Karena merasa curiga dengan maksud dan tujuan para oknum tersebut, warga pun menggiring mereka ke Kantor Desa setempat guna menghindari hal yang tidak diinginkan.
Di Kantor Kades, ketiga oknum tersebut yakni Sarasi (23) warga Tanjung Agung Kecamatan Baturaja Barat.
Elisa (19), warga desa Panggal-panggal dan Lhevi (18) warga Desa Raksa Jiwa Kecamatan Semidang Aji, mengaku sudah tiga hari bergerak. Persisnya sejak Senin (14/10/24) tempo hari.
“Tugas kami minta NIK saja. Upahnya Rp2.500 per NIK,” ujar Lhevi, salah satu oknum itu.
Selain itu, mereka juga mengaku mendapatkan uang Rp100 ribu per hari untuk paket data/ pulsa.
Sopir dari Palembang
Nah, rupanya deal-deal-an antara ketiga gadis dengan sopir dan pemilik mobil yang mengantar mereka nominalnya lain. Arti kata, beda nilai kontraknya. Petugas pendata lain.
Sopir kendaraan pun lain. Sang sopir hanya bertugas mengantar saja, kemana mereka akan mendata.
“Kami berbeda. Lain tim. Yang bergerak beda, yang pemilik mobil beda. Kami hanya fokus ngantar dan jemput. Mereka dak tahu gaji kami berapa,” ungkap Syahriddal Elwan, salah satu sopir dan pemilik mobil.
Syahriddal sendiri mengaku orang Palembang. Dia dapat ‘job’ ini dari info yang masuk ke dia dari sesama sopir taksi online.