SERBA salah. Kemarau kita minta hujan. Bahkan, ramai menggelar salat istisqa, minta Tuhan menurunkan hujan.
Kenapa? Karena sulit air. Tanaman banyak yang mati. Masyarakat kesulitan air bersih. Jangankan untuk menyiram tanaman, untuk kebutuhan rumah tangga pun susah.
Sebaliknya, kalau musim hujan malah kelebihan air. Sampai-sampai di dalam rumah pun tergenang air alias kebanjiran.
Seperti yang terjadi pada Senin malam (6/5/2024). Hujan dengan intensitas sedang namun terjadi hampir sepanjang malam.
Hujan sedari bakda salat Magrib sampai menjelang subuh. Dan belum tengah malam, netizen di Kota Baturaja sudah banyak mengupload video dan foto banjir.
Banjir di mana-mana. Sebut saja di Jl Dr Hamka, simpang empat Sukaraya Baturaja Timur.
Di Jl Pancur, di dusun 1 Tanjung Baru, Ogan 4. Dan yang terbesar di Kelurahan Sekarjaya. Tepatnya pasar RSS Sriwijaya.
Hampir setiap ada hujan yang durasi lama meski intensitas curah hujan sedang, bisa dipastikan lokasi ini akan banjir.
Yang aneh, di Pasar Sriwijaya banjir masih terjadi padahal anak sungai sudah direhab. Bukan hanya mengeruk lumpur di dasar sungai. Tepian sungai pun dinaikkan dengan talud cor atau dinding bata.
Proyek Milyaran
Dananya pun milyaran rupiah. Sumbernya Pemprov Sumsel atas usulan pemerintah daerah Kabupaten OKU.
Katanya untuk menahan luapan air agar tak meluber ke jalan-jalan dan ke rumah penduduk.
Bahkan, revitalisasi anak sungai tersebut sebagian mulai dari hulunya. Yakni di seputaran RS Holindo, Kelurahan Baturaja Permai atau berbatasan dengan Desa Air Paoh.
Namun, nyatanya anak sungai itu tetap tak berdaya menampung dan mengalirkan luapan air hujan.
Usulan tersebut bagus. Maksudnya menambah daya tampung dan daya alir sungai menuju hilirnya (Sungai Ogan).