Kehilangan jaringan atau konektivitas, tidak dapat mengakses informasi dan terlalu menikmati kenyamanan suguhan handphone, sehingga tidak dapat hidup tanpa handphone.
Ancaman yang muncul dari penggunaan gawai atau smartphone dan media sosial semakin meluas, hal ini tentu membuat penggunanya harus dapat lebih bijak lagi.
Kita harus mengakui kehadiran smartphone dan media sosial membuat jutaan informasi akan mudah sampai di tangan kita. Tentu kita harus mampu memilah apa yang kita lihat di media sosial tersebut.
Banyak tren yang muncul, namun tak berarti kita harus mengikuti semuanya. Ketika semua orang berlomba-lomba menggunakan iphone, tak berarti kita harus menggunakan iphone juga.
Pertimbangkan juga kebutuhan smartphone kita seperti apa, ketika aplikasi yang digunakan dalam pekerjaan hanya dapat digunakan menggunakan android, tentu kita tidak harus memaksakan diri menjadi user iphone.
Selain itu kita juga harus mampu membatasi penggunaan media sosial agar tidak terlalu cemas kan tren yang ada.
Walaupun penulis sendiri baru dapat sebatas memberi advice namun beluim mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan.
Syukuri
Menyukuri rezeki yang telah Tuhan berikan juga dapat menjadi solusi bagi kalangan FOMO. Ada satu hal yang harus diketahui penganut budaya FOMO ini.
Yaitu semua postingan orang di medianya cenderung hal-hal indah saja, bagian susahnya pasti sudah disensor dan tak ditampilkan.
Kita harus mampu kembali ke kehidupan kita beberapa tahun yang silam, dimana silaturahmi dan sosialisasi dilakukan tanpa perantara aplikasi.
Nongkrong dengan teman pun mungkin harus dengan rules semua gawai harus dikumpulkan dan tidak boleh digunakan.
Kita juga harus fokus pada kehidupan pribadi kita tanpa membandingkan dengan kehidupan orang lain dan lebih menikmati apa yang telah dimiliki.
Penggunaan media sosial secara wajar dan bijak adalah kata kuncinya. Apakah kita penganut budaya FOMO?
Sekian dulu tulisan tentang budaya baru ini, smartphone penulis ada notifikasi masuk di grup percakapan, seorang teman tampil dengan sneakers kekinian yang bisa dilipat saat dibuka dari brand berlogo tanda centang. Satu kata terlintas di kepala “keren, harus punya juga”. (*)
Penulis adalah ASN BPS Kabupaten OKU Timur







