SUKSESI pergantian Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) tak kalah seru dengan Pemilu 2024.
Bahkan bulan pelaksanaannya pun bersamaan. Pemilu Legislatif dan Presiden terjadwal Rabu, 14 Februari 2024 sementara Pemilihan Ketua PWI Sumsel, Jumat, 2 Februari 2024 di Asrama Haji Palembang.
Seperti biasa, setiap Konferensi PWI Sumatera Selatan ada dua agenda utama. Pertama, laporan pertanggungjawaban pengurus/Ketua PWI Sumsel Periode 2019-2024. Kedua, pelaksanaan pemilihan ketua yang baru.
Pemilihan Ketua PWI Sumsel 2024 agak sedikit seksi dan penuh gengsi. Apalagi calonnya cukup banyak.
Berdasarkan surat persetujuan PWI Pusat yang ditandatangani Hendry Ch Bangun (Ketum), Sayid Iskandarsyah (Sekjend) dan Zulmansyah Sekedang (Ketua Bidang Organisasi), ada tujuh bakal calon Ketua PWI Sumsel.
Kemudian, ada empat bakal calon Ketua DKP (Dewan Kehormatan Pengurus) PWI Sumatera Selatan Periode 2024-2029.
Ketujuh bakal calon Ketua PWI Sumsel yang memenuhi persyaratan yakni, Afdhal Azmi Djambak, Agus Harizal, Dwitri Kartini, Hadi Prajogo, Kurnaidi, M Syarifudin Basrie dan Richan Joe.
Menariknya, selain mendaftar sebagai bakal calon ketua PWI Sumsel, Afdhal Azmi Djambak dan M Syarifudin Basrie, juga sama-sama mencalonkan diri sebagai Ketua DKP PWI Sumsel.
Dua bakal calon Ketua DKP lainnya yakni, Hermi Marsindang (Harian Neraca) dan Oktap Riyadi (mantan Ketua PWI Sumsel 2 periode).
Saya menilai dari tujuh bakal calon Ketua PWI Sumsel ini, ada empat orang yang serius, yakni Kurnaidi, Hadi Projogo, Dwitri Kartini dan Agus Harizal.
Sementara Afdhal Azmi Djambak, M Syarifudin Basrie dan Richan Joe masih wait and see (melihat peluang).
Kenapa saya menduga (baca: kesimpulan sementara) demikian?
Suatu hal yang mustahil nama yang sama bertarung merebutkan dua posisi (Ketua PWI dan Ketua DKP PWI Sumsel).
Sehingga, saya berpendapat ada kecenderungan, bahwa Afdhal Azmi Djambak (Koran Transparan Merdeka) dan M Syarifudin Basrie (Agung Post) akan bergabung ke salah satu kandidat yang berpeluang menang.
Sementara Richan Joe (Journal Pos) sebenarnya masih satu kelompok dengan Kurnaidi (SentralPost).
Jika kans untuk memenangkan pertarungan kecil, menurut saya Richan Joe akan memilih bergabung ke gerbong Kurnaidi.
Dan memang pada pemilihan periode sebelumnya (2019) Richan Joe berada di barisan Jon Heri (Jodanews) dan Kurnaidi yang sekarang menjabat Ketua PWI Kabupaten Musi Banyuasin.
Dengan tidak majunya Jon Heri yang Ketua SMSI Sumsel (Serikat Media Siber Indonesia) pada bursa PWI Sumsel 2024, maka kelompok ini akan memainkan strategi tersendiri.
Para kandidat lainnya, saya rasa tidak bisa meremehkan kelompok ini. Ketika bertarung di Konferensi PWI Sumsel 2019, Jon Heri mampu mengantongi plus minus 100 suara.
Waktu itu kandidat yang maju Firdaus Komar (Firko) dari Harian Extranews, Jon Heri, Hadi Prajogo, dan Aan Sartana (notabenenya eks Sumatera Ekspres Grup).
Karena tidak sampai meraih suara 50 persen plus 1, maka terjadi pemilihan putaran kedua antara Firko dan Jon Heri.
Nah, di periode 2024-2029 ini, Firko memutuskan tidak maju lagi, meski dia masih punya kesempatan satu periode kedepan (berdasarkan PD/PRT).
Firko memilih berkiprah di kepengurusan PWI Pusat sebagai Direktur UKW (Uji Kompetensi Wartawan). Dan Plt Ketua PWI Sumsel adalah M Anwar Sy Rasuan (Suara Sumsel).
Pada periode kepemimpinan Firko, Anwar Rasuan sebagai Ketua Bidang Organisasi. Sementara Ketua DKP-nya Kurniati Abdullah (Alm), ayahnya Dwitri Kartini alias Wiwik. Periode kepemimpinan Firko telah berakhir pada 26 Januari 2024.
Kemudian, dari keempat nama yang saya anggap serius itu, yakni Agus Harizal, Hadi Prajogo, Dwitri Kartini dan Kurnaidi. Maka saya menduga pemilihan Ketua PWI Sumsel kali ini juga akan berpeluang dua putaran.
Yang jelas para kandidat akan kesulitan mendapatkan suara 50 persen plus 1. Dengan empat calon dan 498 Daftar Pemilih Tetap (DPT) Anggota PWI Sumsel.
Artinya, jika ingin menang satu putaran, salah seorang kandidat harus mampu meraih 250 suara. Dan jelas itu akan sangat sulit terjadi.
Para calon akan membutuhkan banyak energi dan harus ekstra dalam melakukan pendekatan kepada pemilik hak suara.
Apalagi masing-masing kandidat mengklaim punya basis suara. Sebut saja Wiwik dari Sumeks.co (Sumatera Ekspres Grup), sudah jelas punya modal suara grupnya.
Meski tidak sedikit wartawan grup Sumeks yang mati kartu alias tidak bisa memilih. Belum lagi banyak wartawan yang berhenti. Secara grup mereka tidak bisa ‘mengintervensi’ hak pilihnya lagi.
Calon lainnya, Hadi Prajogo dengan grupnya (Sripo-Sriwijaya Post dan Tribun). Juga kondisinya sama, meski grup, tetapi Sripo tidak seperti Sumeks yang punya anak perusahaan di daerah.